Menurut sebuah laporan oleh Middlebury Institute of International Studies, Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLARF) mengerahkan rudal hipersonik Dongfeng 17 (DF-17) jarak menengah di Tiongkok tenggara yang berpotensi menargetkan Taiwan dan menghindari sistem pertahanan udara buatan AS.
Pada hari Minggu (23 Juli), South China Morning Post mengutip bahwa Decker Eveleth, seorang peneliti di Middlebury Institute of International Studies, telah menerbitkan sebuah laporan berjudul “Perintah Pertempuran Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat 2023” pada 3 Juli. Laporan itu mengatakan PLARF telah meningkatkan rudal jarak pendeknya di provinsi tenggara China dengan rudal jarak menengah DF-17.
Kapil Kajal, seorang reporter perang darat di firma intelijen pertahanan Janes Asia-Pasifik, dikutip oleh surat kabar tersebut mengatakan penyebaran rudal baru ini di pangkalan ke-61, yang terletak di Yong’an, Provinsi Fujian, menunjukkan bahwa PLA berusaha untuk “memperoleh kemampuan untuk menyerang pangkalan dan armada militer asing di Pasifik Barat.”
Berdasarkan intelijen AS, rudal ini memiliki jangkauan 1.800 hingga 2.500 km saat dipasang pada kendaraan luncur hipersonik (HGV) dan dapat mencapai kecepatan antara Mach 5 dan Mach 10, memungkinkan mereka menghindari deteksi oleh sistem pertahanan rudal AS, seperti THAAD, SM-3, dan Patriot.
Meskipun DF-17 telah menggantikan beberapa rudal jarak pendek, masih ada hampir seribu rudal jarak pendek yang diarahkan ke Taiwan, yang dapat mencapai negara tersebut dalam waktu 6 hingga 8 menit, menurut Kajal. Rudal balistik jarak pendek dan menengah yang dikerahkan di China selatan dan barat daya dapat menjadi gelombang pertama serangan di Taiwan, tambahnya.
Sementara di Taiwan sejak kemarin hingga 27 Juli nanti akan ada latihan militer intens yang dijalankan dan masyarakat harus menaati aturan dimana harus berlindung saat ada latihan ini.