Diinfokan oleh Joana Sumber Info, dalam suatu pertemuan yang santai, seorang pekerja migran yang akrab disapa “Mbak Ratih” berbagi pengalamannya selama bekerja di Taiwan. Dalam diskusi hangat tersebut, Mbak Ratih bercerita mengenai tantangan yang dihadapinya saat pertama kali tiba di Taiwan, di mana ia tak bisa berbahasa setempat.
“Awalnya rasanya seperti masuk ke planet lain. Di perusahaan tempat saya bekerja, kami belajar satu per satu kata agar bisa memahami percakapan di sekitar kami. Tetapi, perbedaan budaya dan bahasa membuat komunikasi menjadi sulit,” ungkap Mbak Ratih.
Dia menegaskan pentingnya niat dan persiapan mental sebelum memutuskan untuk bekerja di luar negeri. “Ketika datang ke sini, niat saja tidak cukup. Mental kita harus siap menghadapi berbagai tantangan,” ujarnya.
Mbak Ratih menggambarkan perjuangannya dalam menyesuaikan diri, awalnya sering diomeli dan merasa kesulitan dalam komunikasi karena bahasa yang belum lancar. Namun, dia menekankan bahwa kesabaran dan tekad yang kuat sangat diperlukan dalam menghadapi kondisi tersebut.
“Perlu waktu sekitar enam bulan untuk beradaptasi sepenuhnya dengan lingkungan kerja di sini. Jangan terlalu ribut atau terlalu cepat menyerah. Biarkan majikan melihat niat kita untuk bekerja dan dengan waktu, mereka akan mulai memahami kita,” tambahnya.
Mbak Ratih juga memberikan nasihat untuk tidak tergoda dengan tawaran di luar yang mungkin menjanjikan kemudahan tetapi tidak menjamin stabilitas. “Yang penting, ada agensi yang membantu dan penting untuk bersabar serta tidak mudah putus asa,” tegasnya.
“Kuncinya adalah tetap kuat dan teguh pada niat awal kita. Jangan biarkan omelan atau kendala bahasa membuat kita kehilangan semangat. Kita harus terus berusaha untuk menyesuaikan diri dan membuktikan bahwa kita benar-benar niat bekerja,” tutupnya dengan senyuman.
Pesan semangat dari Mbak Ratih bagi para pekerja migran baru, bahwa dengan ketekunan dan niat yang tulus, segala tantangan akan bisa diatasi.