Suarabmi.co.id – Saodah (56), seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Nangerang, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, pulang ke tanah air dalam kondisi mengenaskan setelah 16 tahun mengalami penyiksaan saat bekerja di Arab Saudi.
Sejak berangkat pada April 2009, Saodah menjadi asisten rumah tangga dan tak pernah lagi terdengar kabarnya. Keluarga pun sempat mengira ia telah meninggal dunia.
Nyatanya, Saodah ditemukan dirawat di rumah sakit dalam kondisi koma, penuh luka, dan tidak bisa berjalan normal akibat cedera berat yang dideritanya selama bertahun-tahun.
Dalam pengakuannya, Saodah mengatakan bahwa kekerasan dari majikan sudah dialaminya sejak awal bekerja.
“Pertama ke Saudi di Saudi dipukulin, majikan lelaki pertama nyuruh ngambil selimut di dalam mobil tapi didorong, kata saya gak mau karena di sini sudah ada, ya saya didorong,” ujar Saodah pada Kamis, 9 Oktober 2025.
Ia juga mengungkap bahwa dirinya sering dipukul bahkan saat sedang salat.
“Sudah gitu waktu salat magrib cari-cari saya, padahal saya sedang sembahyang, saya digusur nyampe ke pintu, sejadah dipake bungkus dipukul-pukul ke saya,” ungkapnya, dikutip suarabmi.co.id dari Tribun Jabar.
Luka yang dialami Saodah sangat serius. Ia menyebut pukulan dengan gagang sapu injuk membuat alat itu hancur dan menyebabkan punggungnya harus dioperasi.
Selama 16 tahun, Saodah tak diizinkan berkomunikasi dengan keluarganya. Ia dilarang memegang ponsel dan tidak bisa membeli pulsa, sehingga keluarganya di tanah air tak mendapat kabar sama sekali.
“Engga bisa (komunikasi ke keluarga), dilarang, saya mau beli pulsa gak bisa,” ucapnya.
Pencarian Saodah dimulai ketika kerabatnya, Ma’mun Mochamad Nawawi, nekat mengusut keberadaan Saodah dengan mendatangi pihak penyalur tenaga kerja. Dari situ, ia berhasil mendapatkan kontak majikan Saodah.
“Waktu itu dalam keadaan koma, akhirnya kami di sini berdoa setiap malam,” kata Ma’mun. Ia menekan pihak majikan hingga akhirnya Saodah dipulangkan pada 25 Mei 2025.
Namun Saodah kembali dalam kondisi memprihatinkan: tubuhnya penuh luka, tulang paha patah, dan punggung dijahit sepanjang 40 cm. Yang lebih memilukan, gaji yang dibawa pulang tidak sebanding dengan penderitaannya.
“Ibu S hanya dibekali 6 ribu riyal uang cash, dan cek 35 ribu bank Riyad, kita susah sekali di sini untuk mencairkannya,” ungkap Ma’mun. Saat dicoba cairkan, cek tersebut tidak dapat diproses karena tidak ada bank koresponden di Indonesia.
Jika dihitung, total uang yang dibawa pulang Saodah hanya sekitar Rp140 juta—jauh dari total gaji yang seharusnya ia terima selama 16 tahun, yang bisa mencapai Rp1 miliar.
Keluarga kini menuntut keadilan kepada pemerintah, termasuk Presiden Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
“Jadi kami mohon kepada pemerintah, terutama kepada Pak Dedi Mulyadi dan Bapak Presiden, kami menuntut keadilan untuk penderitaan gaji ibu S,” tegas Ma’mun.***
Ikuti Berita Terbaru dan Pilihan Kami
Dapatkan update berita langsung melalui aplikasi WhatsApp dengan bergabung di Suarabmi.co.id WhatsApp Channel. Pastikan kamu telah menginstal aplikasi WhatsApp untuk mendapatkan informasi terkini.