Seorang imam Indonesia yang berbasis di Kaohsiung telah mendesak Biro Kelautan dan Pelabuhan untuk mengizinkan pemulangan delapan pelaut Indonesia yang telah terjebak di kapal mereka selama hampir enam bulan di Pelabuhan Kaohsiung.
Orang-orang itu tidak dapat meninggalkan kapal kargo mereka yang terdaftar di Togo sejak ditarik ke Pelabuhan Kaohsiung pada 23 Februari setelah kehilangan listrik beberapa hari sebelumnya di dekat perairan teritorial Taiwan.
Kantor perwakilan Indonesia di Taipei telah menawarkan untuk membayar biaya penerbangan kembali Indonesia, tetapi Biro Kelautan dan Pelabuhan hanya akan membiarkan awak pergi jika awak baru dapat dikirim ke Taiwan untuk menggantikan posisi mereka.
Dengan anggota awak yang belum dibayar sejak Februari dan pemilik kapal Hong Kong tidak menjawab pesan, kemungkinan pertukaran awak tampak sulit karena ABK telah menunggu di kapal selama enam bulan, berdampak pada kesehatan mental mereka, kata Guntur.
“Kalau mereka tidak dipulangkan dan jika terjadi apa-apa, kita semua tidak bisa bertanggung jawab karena bukan kita yang mencegah. Kondisi psikis dan fisik mereka sudah sangat buruk. Demi kemanusiaan, mereka harus dipulangkan,” Guntur dikatakan.