Keberadaan kelompok oknum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang membentuk geng di Jepang, tepatnya di Prefektur Osaka, mulai menimbulkan keresahan di kalangan pekerja migran Indonesia. Viral di media sosial, foto dan video yang memperlihatkan sekumpulan pemuda berpakaian serba hitam dengan bendera bertuliskan nama kelompok mereka mencuri perhatian publik, dan menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak negatif yang dapat muncul.
Aksi geng ini bukan hanya dianggap mencoreng citra para pekerja migran, tetapi juga dikhawatirkan akan memengaruhi proses pengiriman TKI ke Jepang di masa mendatang. Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnaker) Jawa Tengah, Ahmad Aziz, menyatakan kekhawatirannya bahwa tindakan geng tersebut dapat merusak reputasi tenaga kerja Indonesia di Jepang.
“Pertama, ini jelas merugikan mereka sendiri. Contohnya, jika terjadi masalah, mereka mungkin tidak diizinkan bekerja lagi. Yang lebih parah, pemerintah Jepang bisa saja memutuskan untuk tidak menerima lagi tenaga kerja magang atau TKI dari Indonesia,” ujar Aziz saat ditemui di kantornya, Kamis (5/9/2024).
Aziz menambahkan, dampak dari aksi geng ini berpotensi merugikan semua pihak, tidak hanya anggota geng tersebut. Oleh karena itu, ia mengungkapkan bahwa pihaknya akan memberikan pembinaan khusus kepada para calon pekerja migran, termasuk penanaman soft skill dan kecintaan terhadap Tanah Air, agar mereka lebih memahami pentingnya menjaga nama baik Indonesia di luar negeri.
Reaksi TKI di Jepang
Keberadaan Geng TKI di Osaka juga menuai reaksi dari para pekerja migran Indonesia lainnya yang bekerja di Jepang. Salah satu TKI asal Semarang, Ega, yang kini tinggal di Prefektur Chiba, mengaku merasa malu dan khawatir dengan ulah geng tersebut. Meskipun ia berada di kota yang berbeda, tindakan oknum ini dinilainya merusak citra seluruh pekerja migran Indonesia di Jepang.
“Saya di Chiba, jadi jauh dari Osaka, tapi tetap saja malu mendengar kabar ini. Orang Indonesia bisa dipandang negatif oleh warga lokal di sini,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (6/9/2024).
Senada dengan Ega, Ayu, seorang TKI asal Grobogan yang bekerja di Prefektur Miyazaki, menegaskan pentingnya menjaga perilaku saat berada di negeri orang. Ia berharap para anggota geng tersebut menyadari bahwa tindakan mereka tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga pada seluruh komunitas TKI di Jepang.
“Berkumpul boleh saja, tapi harus tahu aturan dan menjaga adab. Kita ini membawa nama bangsa, bukan hanya diri sendiri. Kalau ada yang berulah, dampaknya bisa ke kita semua,” tegas Ayu.
Ayu menekankan bahwa para TKI harus menghargai kesempatan yang diberikan oleh Jepang untuk bekerja di sana. “Jangan sampai karena ulah segelintir orang, seluruh TKI terkena imbasnya. Kita harus menjaga diri dan membawa nama baik bangsa,” pungkasnya.
Dampak Jangka Panjang
Keberadaan geng di kalangan TKI ini tidak hanya meresahkan pekerja migran lain, tetapi juga menjadi ancaman terhadap hubungan bilateral Indonesia dan Jepang dalam hal pengiriman tenaga kerja. Jika aksi-aksi semacam ini terus berlanjut, dikhawatirkan Jepang akan lebih selektif dalam menerima pekerja dari Indonesia, yang pada akhirnya akan merugikan para TKI yang ingin mencari nafkah secara legal di negara tersebut.
Langkah pencegahan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sangat penting agar permasalahan ini tidak berkembang menjadi isu yang lebih besar. Bagi para pekerja migran, menjaga perilaku dan mematuhi aturan lokal menjadi kunci untuk mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan oleh negara tujuan.