Kementerian Tenaga Kerja mengungkapkan fenomena menarik terkait rendahnya minat pekerja rumah tangga asing dalam mengikuti pelatihan tambahan untuk meningkatkan keterampilan mereka di Taiwan. Meskipun tersedia pelatihan untuk memperbaiki keterampilan dalam merawat, jumlah peserta kursus tatap muka terus menurun dalam tiga tahun terakhir.
Keterbatasan dan Hambatan yang Dihadapi
Para analis mengidentifikasi bahwa hambatan komunikasi dan keterbatasan kemampuan berbahasa menjadi penyebab utama rendahnya minat pekerja migran untuk mengikuti pelatihan. Kendala ini membuat hanya enam orang yang mengambil bagian dalam program tatap muka, sedangkan pelatihan di tempat tinggal majikan sama sekali tidak ada yang mendaftar sejak dua tahun terakhir.
Menurut Suhu Yung-Kuo, Kepala Manajemen Divisi Tenaga Kerja, hambatan lainnya termasuk minimnya cuti bagi pekerja migran, kesulitan keluar rumah, dan biaya pelatihan tambahan yang membuat majikan ragu untuk mendaftar.
Tren Digital yang Meningkat Tapi Tidak Sebanding dengan Pelatihan Tatap Muka
Meskipun begitu, terjadi lonjakan peserta dalam kursus digital. Dari tiga puluh tiga ribu sembilan ratus enam puluh satu orang pada tahun 2020, jumlah peserta telah melonjak menjadi seratus tiga belas ribu lima ratus empat belas orang pada tahun 2022. Namun, kursus tatap muka terus menurun dan hanya satu kelas yang berhasil diadakan tahun lalu dengan enam peserta.
Kebutuhan Akan Perubahan dalam Pendekatan Pelatihan
Pihak berwenang menyatakan bahwa model kombinasi kursus online dan offline adalah yang paling efektif. Namun, mereka perlu meningkatkan kesadaran majikan untuk memanfaatkan layanan jeda dan layanan perawatan jangka pendek agar pekerja migran dapat menghadiri kursus. Hal ini karena biaya pelatihan yang cukup tinggi menjadi alasan utama rendahnya minat majikan.
Respon dan Solusi Terhadap Tantangan
Dalam menanggapi hal ini, Kementerian Tenaga Kerja sedang merencanakan perubahan dalam model pelatihan tambahan. Mereka juga berencana untuk berdiskusi dengan Kementerian Kesejahteraan guna menemukan solusi terbaik.
Pandangan Para Ahli dan Komunitas Pekerja
Pendiri komunitas One-Forty, Chen Kai-Xiang, menyoroti pentingnya memahami preferensi pekerja migran dalam menerima informasi, sementara Serikat Pekerja Rumah Tangga di Kota Taoyuan, Huang Zi-Hua, menekankan perlunya kepastian bahwa materi pelatihan akan membantu pekerja migran dalam karir mereka.
Ini menunjukkan bahwa terdapat tantangan nyata dalam menarik minat pekerja rumah tangga asing untuk mengikuti pelatihan tambahan di Taiwan. Hal ini mendorong Kementerian Tenaga Kerja untuk mencari solusi yang lebih inklusif dan efektif guna meningkatkan partisipasi pekerja migran dalam pelatihan yang ditawarkan.