Kabar BMIRuang Baca

Ricuh Antar Oknum Pesilat di Taiwan Diawali Padu di Internet, Taiwan Akan Awasi Lebih Ketat Perkumpulan Pencak Silat Demi Masalah Keamanan

×

Ricuh Antar Oknum Pesilat di Taiwan Diawali Padu di Internet, Taiwan Akan Awasi Lebih Ketat Perkumpulan Pencak Silat Demi Masalah Keamanan

Sebarkan artikel ini
=== EUI Money

Pada malam tanggal 2 bulan ini, terjadi keributan antara dua kelompok pekerja migran Indonesia di Plaza depan Stasiun Kereta Changhua. Karena salah satu pihak membawa pisau, insiden tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan satu orang lainnya mengalami luka parah.

Polisi telah mengamankan 39 orang terlibat dan mengirimkan 15 di antaranya untuk dihadapkan pada tuduhan pembunuhan, kerumunan, dan tindak kekerasan, namun saat ini 14 diantaranya dibebaskan.

Menurut penyelidikan polisi, para pekerja migran yang terlibat berasal dari kelompok seni bela diri Indonesia yang berbeda, dan konflik ini dipicu oleh provokasi yang dimulai melalui internet.

Sayangnya, meskipun kelompok seni bela diri Indonesia di Taiwan mencapai lebih dari seratus, dengan lebih dari tiga ribu pengikut, mereka adalah organisasi yang sah secara hukum. Namun, jika tidak diawasi dengan baik, dapat menimbulkan masalah keamanan.

Polisi menjelaskan bahwa pada malam tanggal 2 bulan ini, dua kelompok pekerja migran Indonesia yang tergabung dalam kelompok seni bela diri PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) dan Ikspi kera sakti telah sepakat untuk melakukan perundingan di Plaza depan Stasiun Kereta Changhua.

Namun, perundingan berubah menjadi keributan besar ketika salah satu pihak membawa 30 orang lebih dengan senjata tajam, sedangkan pihak PSHT hanya berjumlah enam orang.

Mereka tidak hanya melanggar aturan seni bela diri, tetapi juga membawa senjata tajam dan menyebabkan dua anggota PSHT luka parah. Salah satu di antaranya, seorang pria berusia 32 tahun, meninggal setelah dibawa ke rumah sakit.

Pada malam kejadian, tim Anti-Kerusuhan Polisi Changhua dikerahkan untuk meredam keributan ini, menangkap 39 orang, dan menyita berbagai senjata tajam seperti pisau lipat, pedang samurai, dan lainnya.

Polisi mengungkapkan bahwa para pekerja migran Indonesia yang terlibat berasal dari kelompok seni bela diri yang berbeda dan hampir semuanya datang dari luar kota Changhwa.

Mereka pertama-tama berkonflik melalui internet, dengan menghina dan mengejek kemampuan seni bela diri satu sama lain, yang akhirnya berujung pada pertempuran fisik.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, 15 tersangka yang terlibat dalam keributan tersebut dihadapkan pada tuduhan pembunuhan, kerumunan, dan tindak kekerasan, dan akan diselidiki oleh Kantor Kejaksaan Changhua. Namun kemarin 14 orang dilaporkan dibebaskan dan tinggal menahan 1 tersangka.

Pejabat urusan luar negeri dari Kantor Kepolisian Kabupaten Changhua mengungkapkan bahwa dengan peningkatan jumlah pekerja migran yang datang ke Taiwan, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok seni bela diri Indonesia yang ada di Taiwan, termasuk dua kelompok yang terlibat dalam insiden ini, telah tumbuh pesat dengan lebih dari seratus cabang dan lebih dari tiga ribu anggota.

Mereka tidak hanya berkumpul dan berlatih pada hari libur tetapi juga mengajar seni bela diri kepada masyarakat Taiwan di taman-taman umum, yang dapat meningkatkan pertukaran budaya tetapi juga menimbulkan masalah keamanan.

Pejabat polisi luar negeri menegaskan bahwa mereka akan berusaha untuk meningkatkan komunikasi dengan kelompok seni bela diri pekerja migran ini dan mengarahkannya ke fungsi yang positif seperti kebugaran dan kegiatan sosial, serta mencegah anggotanya terlibat dalam persaingan yang berlebihan dan tindakan emosional yang dapat menyebabkan konflik.