Suarabmi.co.id – Sepuluh ABK asal Indonesia di Taiwan mengalami nasib yang kurang mujur, pasalnya mereka mengaku tidak menerima upah selama 15 bulan bekerja.
15 ABK tersebut bekerja di kapal penangkap ikan Taiwan, You Fu Hao. Saat ini para ABK diketahui telah bersandar di pelabuhan sejak bulan Juni lalu.
Namun hingga kini, upah mereka yang berjumlah total lebih dari NT$2,6 juta belum juga dibayarkan.
Mirisnya, salah seorang dari mereka bahkan harus kehilangan nyawa karena tidak adanya biaya untuk berobat.
Menanggapi hal ini, Ditjen Perikanan di Taiwan (FA) menyatakan akan meminta perusahaan pemilik kapal untuk segera membayarkan seluruh upah para ABK tersebut, dikutip suarabmi.co.id dari RTI.
“Awalnya kami berharap dapat memiliki kehidupan yang lebih baik di sini, tetapi yang kami terima justru mimpi buruk yang tidak berujung. Selama 15 bulan kami bekerja di You Fu Hao, kami tidak menerima upah sepeser pun,” ungkap salah seorang ABK asal Indonesia tersebut.
Baca juga: Jepang Diguncang Gempa Magnitudo 7,1, Tsunami Masih Mengancam Miyazaki!
Didampingi oleh perwakilan serikat pekerja, para ABK Indonesia ini akhirnya memberanikan diri untuk menuntut hak mereka.
Sejak bulan Oktober tahun lalu, sepuluh ABK tersebut telah bekerja tanpa henti di atas kapal You Fu Hao.
Mereka berlayar hingga ke Kepulauan Samoa Amerika. Harapan mereka untuk dapat segera mengirimkan uang kepada keluarga di kampung halaman setelah kembali ke Donggang, Taiwan, pupus sudah.
“Setibanya di Taiwan, dokumen kontrak kerja kami langsung disita. Kami ditipu. Mereka bilang kami hanya akan bekerja di laut selama enam bulan, tapi ternyata 15 bulan dan tanpa upah sepeser pun,” ujar salah seorang ABK.
Mereka mempertaruhkan nyawa bekerja di atas kapal dengan risiko yang tinggi setiap harinya, tetapi upah yang seharusnya menjadi hak mereka justru tidak diberikan.
Lebih lanjut, mereka juga mengaku mendapatkan perlakuan tidak manusiawi selama bekerja di atas kapal.
Baca juga: Gelombang Panas di Korea Sebabkan 14 Orang Tutup Usia dan Menghancurkan Hidup Ribuan Ternak
“Lingkungan kerja kami sangat buruk. Nakhoda kapal sering membentak dan mengancam kami. Kami hanya bisa tidur selama tiga sampai empat jam dan bekerja selama tiga sampai empat minggu berturut-turut,” ungkap mereka.
Kepala Departemen Pekerja Migran Asosiasi Pelayanan Publik Kota Taoyuan, Wang Ying-da mempertanyakan sikap pemerintah.
“Apakah memberikan upah layak kepada para pekerja migran adalah hal yang sulit? Jika perusahaan pemilik kapal saja tidak becus dalam menggaji para pekerjanya, untuk apa mereka mempekerjakan ABK asing?,” ujar Wang Ying-da.
Menanggapi hal ini, otoritas perikanan di Taiwan menyatakan bahwa pihaknya telah meminta agar seluruh upah para ABK segera dilunasi dan berjanji akan mengawasi perusahaan pemilik kapal.***