Sebuah kisah pahit mewarnai perjalanan Nana (nama samaran), seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang telah berdedikasi bekerja di Taiwan untuk mendukung ekonomi keluarganya di Indonesia. Meskipun upayanya membangun rumah impian bersama suami terwujud, nasib buruk menghampiri ketika masalah keluarga membawa pada berakhirnya rumah tangganya.
Nana, dengan penuh kesungguhan, telah mengirimkan sebagian besar hasil kerjanya sebagai TKW untuk membangun rumah yang bagus di tanah mertua. Namun, bagian yang seharusnya menjadi tempat bahagia mereka berdua, kini menjadi saksi bisu perpisahan dan perceraian.
Rumah yang dibangun dengan susah payah oleh Nana, kini menjadi milik suaminya setelah perpisahan dengan suaminya.
Dalam kekecewaan yang mendalam, Nana mengungkapkan, “Sia-sia pengorbananku dalam membangun rumah di tanah mertua, suamiku menempuh hidup baru dengan perempuan lain. Hatiku hancur.”
Kisah Nana menjadi pengingat bagi banyak pekerja migran tentang risiko dan tantangan yang mungkin dihadapi di perjalanan hidup mereka.
Dia mengirimkan pesan kepada sesama pekerja migran, “Sayangi dirimu. Jangan sampai mengalami nasib seperti saya. Semoga kalian tidak kehilangan hak yang seharusnya menjadi milik kalian.”
Meskipun perjalanan hidupnya penuh liku-liku, Nana berharap bahwa pengalamannya dapat menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang berjuang di negeri orang untuk mencari nafkah demi kebahagiaan keluarga mereka di tanah air.