Suarabmi.co.id – Dua pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Taiwan membagikan pengalaman pahitnya selama bekerja di salah satu pabrik pengolahan bebek.
Dalam wawancara yang dipublikasikan di channel YouTube Faisal Soh, mereka mengungkapkan bagaimana pekerjaan yang sangat berat dan kurangnya perlindungan medis.
Hal itu membuat salah satu dari mereka hampir kehilangan kukunya, bahkan ada yang sampai kehilangan sebagian jari tangan akibat cedera kerja yang parah.
Baca juga: Korea Selatan Tidak Baik-baik Saja, TKI Ini Bongkar Betapa Sulitnya Cari Kerja di Sana Saat ini!
Kedua PMI tersebut bekerja di pabrik pengolahan bebek, di mana proses pengolahan dilakukan dengan cepat dan intens. Salah seorang dari mereka, yang bekerja di bagian pengolahan bulu bebek, menjelaskan betapa kerasnya pekerjaan tersebut.
“Kami harus bekerja secepat mungkin, kalau tidak, kami kena denda. Kalau ada mesin yang berhenti atau kerja kami lambat, potongan gaji langsung diberlakukan,” ujar salah satu PMI, dikutip Suarabmi dari channel YouTube Faisal Soh, 10 Desember 2024.
Namun, kondisi kerja yang ekstrem tidak hanya mengancam keselamatan fisik, tetapi juga mengganggu kesehatan mereka. Salah seorang pekerja bahkan menceritakan bahwa ia harus membawa infus ke tempat kerja karena luka pada tangannya.
Baca juga: Ugal-ugalan Omsetnya, Purna PMI Ini Buka Usaha Makanan Omzet Capai 500 Juta
“Saya sampai bawa infus ke tempat kerja. Saya istirahat sebentar, lalu langsung lanjut kerja lagi,” katanya, mengungkapkan kesulitan yang dihadapi akibat kurangnya perhatian terhadap kesehatan pekerja.
Selain masalah cedera, keduanya juga mengeluhkan potongan gaji yang besar, yang membuat mereka kesulitan untuk mengatur keuangan.
Meskipun gaji yang diterima terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia, namun biaya hidup di Taiwan, termasuk potongan untuk BPJS, biaya tempat tinggal, dan makan, membuat mereka harus berjuang keras agar bisa mengirimkan uang ke keluarga di Indonesia.
Baca juga: Pria ini Tega Habisi Istri yang Baru Pulang dari Arab, Sekarang Tanggung Akibatnya ya, Pak!
Keduanya juga mengungkapkan pengalaman buruk mengenai agen yang memanfaatkan mereka. Biaya yang tinggi di awal penempatan membuat mereka terpaksa berhutang, dan dalam beberapa kasus, mereka merasa tidak diberi pilihan selain menerima kondisi yang ada.
“Kalau kamu bisa bayar, kamu bisa berangkat. Kalau tidak, ya kamu tidak bisa ke Taiwan,” ungkap mereka mengenai kebijakan agen yang tidak transparan.
Namun, ada sedikit perubahan yang mulai terjadi setelah beberapa masalah ini terungkap. Faisal Sol, dalam wawancara tersebut, menyebutkan bahwa beberapa agen kini mulai berusaha untuk menurunkan biaya penempatan dan memperbaiki kondisi kerja.
Baca juga: Pengin Dapatkan Nasihat Bijak? Pilih Salah Satu Simbol Kuno Ini
“Kita berharap dengan adanya laporan seperti ini, kondisi di lapangan bisa lebih baik ke depannya,” ujarnya.
Meskipun ada perbaikan, tantangan besar masih tetap ada. Salah satu PMI menambahkan, “Jangan korbankan diri kalian hanya demi uang. Jangan sampai kalian kehilangan kuku dan jari hanya karena pekerjaan ini,” sebagai nasihat bagi rekan-rekan sejawat yang bekerja di luar negeri.
Pengalaman pahit kedua PMI ini menunjukkan betapa kerasnya perjuangan pekerja migran Indonesia di Taiwan, yang tidak hanya berjuang untuk menghidupi keluarga mereka, tetapi juga untuk bertahan hidup di tengah kondisi kerja yang penuh tantangan.***