Suarabmi.co.id – Nurul Arini Abdullah (18) adalah anak dari seorang ibu asal Indonesia yang melahirkan di Rumah Sakit Tuanku Ja’afar, Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.
Sejak bayi, ia diasuh oleh Norini Basir, seorang ibu angkat yang kini berusia 61 tahun. Nurul tumbuh tanpa mengetahui identitas ayah kandungnya dan tidak memiliki kewarganegaraan selama bertahun-tahun.
Hidup Tanpa Kewarganegaraan Selama 18 Tahun
“Saya tidak memiliki banyak informasi tentang ibu kandung saya. Ibu (angkat) saya memberi tahu saya bahwa saya diadopsi saat lahir karena ibu kandung saya berasal dari seberang (Indonesia) dan tidak diketahui siapa ayah kandung saya,” ucap Nurul Arini pada Senin, 5 Mei 2025 suarabmi.co.id mengutip dari Harian Metro Malaysia.
Baca Juga: TNI AL Gagalkan Penyelundupan 83 PMI Non Prosedural dari Malaysia di Perairan Asahan
Raih Prestasi Akademik di Tengah Keterbatasan
Meski hidup tanpa identitas resmi, Nurul dikenal sebagai siswi berprestasi. Ia berhasil meraih 9A (7A+2A) dalam ujian Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) dan dinobatkan sebagai siswa terbaik di SMK Pasir Panjang, Negeri Sembilan.
Pemerintah Malaysia Beri Kewarganegaraan
Setelah melalui proses panjang, pemerintah Malaysia akhirnya memberikan MyKad (KTP Malaysia) kepada Nurul.
Ini menjadi titik balik dalam hidupnya setelah 18 tahun hidup tanpa status kewarganegaraan.
“Saya sangat berterima kasih kepada ibu (angkat) saya dan mendiang ayah angkat yang telah membesarkan saya di tengah segala keterbatasan,” kata Nurul di rumahnya di Kampung Pasir Panjang.
Baca Juga: 30 Tahun Jadi TKW, Sri Wahyuni Kini Terbujur Koma di Malaysia, Terlantar Usai Diantar
Agen ke IGD dan Kesulitan Biaya Pengobatan
Harapan dan Cita-Cita Nurul
Momen bersejarah itu semakin mengharukan ketika Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail, menyerahkan langsung MyKad ke rumah Nurul.
“Dengan MyKad ini, saya dapat melanjutkan studi dan mengejar impian saya untuk menjadi dokter. Ini adalah momen bersejarah dalam hidup saya,” ungkapnya.
Nurul juga mengungkapkan rasa cintanya pada ibu angkat yang telah berjuang sejak ia berusia 12 tahun untuk memperoleh dokumen identitas.
“Walaupun aku hanya anak angkat, ibuku sudah merawatku seperti anaknya sendiri dan sudah berkorban banyak, mengusahakan agar aku bisa mendapatkan Kartu Tanda Penduduk sejak aku berusia 12 tahun. Ibu saya tidak bekerja dan hanya bergantung pada bantuan Baitulmal sebesar 300 ringgit Malaysia per bulan dan saya bekerja di restoran dengan gaji sekitar 30 ringgit Malaysia per hari selama liburan sekolah,” katanya.
Kasus Nurul Termasuk dari Ribuan Permohonan
Saifuddin menyatakan bahwa kasus Nurul adalah satu dari 234 kasus serupa yang berhasil ditangani di Negeri Sembilan, dari total lebih dari 12.000 permohonan sejenis di Malaysia.
“Beliau bukan hanya siswa terbaik di sekolah, tetapi juga siswa terbaik kedua di SPM 2024 di Distrik Port Dickson. Ini bukti bahwa bakat warga negara tidak boleh terhalang oleh masalah dokumen,” ujar Saifuddin.
Dalam kesempatan tersebut, Nurul juga menerima bantuan berupa laptop, printer, dan uang tunai.
Kasus Serupa Pernah Terjadi
Seperti yang diberitakan Kompas, kisah Nurul Arini mengingatkan publik pada kasus Rohana Abdullah, seorang gadis keturunan Indonesia yang juga hidup tanpa kewarganegaraan sejak kecil.
Rohana Abdullah akhirnya diberi status resmi sebagai warga negara Malaysia dua tahun lalu.(*)
Ikuti Berita Terbaru dan Pilihan Kami
Dapatkan update berita langsung melalui aplikasi WhatsApp dengan bergabung di Suarabmi.co.id WhatsApp Channel. Pastikan kamu telah menginstal aplikasi WhatsApp untuk mendapatkan informasi terkini.