Suarabmi.co.id – Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI) Christina Aryani menilai bahwa saat ini ada peluang yang cukup besar bagi tenaga kesehatan (nakes) Indonesia untuk bekerja di Jepang dan Jerman.
Peluang besar bagi pekerja migran di Jerman dan Jepang ini disampaikan Christina saat Sosialisasi Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Stikes Panti Rapih, Kabupaten Sleman, DIY, pada Senin, 10 Desember 2024.
“Peluang untuk tenaga kerja sektor kesehatan di luar negeri itu besar sekali karena banyak negara-negara ini mengalami ‘aging population’, populasi penduduknya menua,” ujar Christina.
Baca Juga: Cuti Tahunan PMI Taiwan, Begini Cara Hitung yang Wajib Kamu Tahu, Jangan Sampai Ketinggalan!
Christina menjelaskan bahwa berdasarkan data Pemerintah Jepang, kebutuhan tenaga kesehatan diperkirakan mencapai 2,5 juta orang pada tahun 2025. Di Jepang, rentang gaji untuk nakes di rumah sakit dan panti wreda sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta.
Untuk Jerman, Christina mengungkapkan bahwa pemerintah Jerman menyatakan kebutuhan tenaga kesehatan di negara tersebut mencapai 500 ribu orang hingga tahun 2030 untuk rumah sakit dan klinik keperawatan. Di Jerman, rentang gaji bagi nakes berkisar antara Rp38 juta hingga Rp47 juta, dikutip suarabmi.co.id dari Viva.
Christina menilai bahwa peluang kerja nakes di Jepang dan Jerman perlu dimanfaatkan oleh calon tenaga kerja kesehatan di Indonesia. Apalagi, saat ini baik Jerman maupun Jepang telah menjalin kerja sama antar-pemerintah (G-to-G) untuk penempatan pekerja migran Indonesia (PMI).
“Pemerintah sudah memetakan peluang ini dan mulai menjalankan program-program sosialisasi peluang kerja,” tutur Christina.
“Dari sisi gaji, tentunya sangat menjanjikan. Selama di sana, mereka juga bisa menabung karena biaya hidup sudah dihitung dengan rentang gaji yang besar, sehingga ini bisa menjadi peluang yang sangat baik jika adik-adik mau bekerja di luar negeri,”imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Yulia Wardani, menerangkan bahwa kampusnya hingga saat ini telah memberangkatkan 16 lulusan untuk bekerja di Jepang dan 3 hingga 5 orang sedang dalam proses persiapan ke Jerman.
Yulia menjelaskan bahwa pemberangkatan lulusan Stikes Panti Rapih ke Jepang maupun Jerman tidak semata-mata karena masalah gaji yang lebih besar ketika bekerja di sana.
“Yang lebih penting adalah untuk pengembangan hidup, kualitas hidup, dan determinasi diri, determinasi keluarga, dan masa depan anak-anak generasi ke depan,” ujar Yulia.***