Scroll untuk baca artikel
Internasional

Pilih Lembur karena Upah Cenderung Rendah, Pekerja Taiwan Terdeteksi Alami Kelelahan Extrem

×

Pilih Lembur karena Upah Cenderung Rendah, Pekerja Taiwan Terdeteksi Alami Kelelahan Extrem

Sebarkan artikel ini

Suarabmi.co.idOrganisasi Buruh Internasional (ILO) menyatakan bahwa bekerja lebih dari 55 jam per minggu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan statistik ketenagakerjaan internasional yang dirilis oleh Kementerian Ketenagakerjaan (MOL), total jam kerja di Taiwan pada tahun 2023 mencapai 2.020 jam, tertinggi kedua di Asia setelah Singapura.

Lebih dari 250.000 orang di seluruh Taiwan bekerja melebihi 60 jam per minggu, menunjukkan bahwa Taiwan telah jatuh ke dalam kondisi “kelelahan ekstrem”.

Sun Yu-lien, Sekretaris Jenderal Taiwan Labour Front, menyatakan bahwa total jam kerja dasar pekerja penuh waktu di Taiwan sudah mencapai sekitar 2.000 jam per tahun.

Baca Juga: Pekerja Migran Indonesia Jadi Korban Perbudakan Modern di Kapal Taiwan, Baca Faktanya di Sini!

Para pekerja sering memilih lembur karena upah yang rendah. Menurutnya, selain kebijakan jam kerja, masalah upah juga perlu diperhatikan.

Dai Guo-rong, Ketua Federasi Serikat Pekerja Industri Nasional, berpendapat bahwa upah rendah yang umum di Taiwan menyebabkan pekerja harus lembur untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

Upah rendah juga menyebabkan kekurangan tenaga kerja, di mana pengusaha kesulitan mencari pekerja. Untuk mengatasi masalah jam kerja yang berlebihan, struktur upah juga perlu ditinjau ulang, dikutip suarabmi.co.id dari RTI.

Dai Guo-rong menekankan bahwa MOL harus memiliki kebijakan yang lebih aktif untuk mengurangi jam kerja, termasuk mendorong perusahaan untuk mencoba sistem tiga hari libur per minggu, menambah hari libur nasional, dan meninjau kembali industri yang menerapkan Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan Pasal 84-1 (sistem tanggung jawab).

Baca Juga: Setelah Puas Minum Miras Migran Ilegal Ini Pindah Alam, Eh Tapi Kok Polisi Sebut Ini Pemb/n/an Ya

Menurut statistik, pekerja yang mengalami “kelelahan ekstrem” paling banyak ditemukan di sektor perdagangan grosir dan eceran dengan 60.000 orang, sektor akomodasi dan jasa makanan dengan 40.000 orang, sektor jasa lainnya dengan 31.000 orang, dan sektor jasa pendukung dengan 29.000 orang.

Huang Yi-ling,Direktur Eksekutif Taiwan Occupational Safety and Health Link, menyatakan bahwa bekerja 60 jam per minggu berarti bekerja 12 jam per hari dan bahkan harus bekerja di hari libur, yang sudah jauh melampaui beban kerja normal. Dia menekankan bahwa perusahaan tidak seharusnya mengorbankan kesehatan pekerja demi keuntungan.

Baca Juga: Suriah Bergolak, KBRI Damaskus Siaga 1 ribuan WNI yang Ternyata Sebagian Besar adalah PMI

Huang Wei-chen, Direktur Departemen Kondisi Kerja dan Kesetaraan Kerja MOL, menjelaskan bahwa tingginya total jam kerja tahunan di Taiwan disebabkan oleh rendahnya proporsi pekerja paruh waktu dibandingkan negara lain.

Di negara-negara utama lainnya seperti Jepang, proporsi pekerja paruh waktu mencapai 25% atau lebih, yang menyebabkan total jam kerja tahunan di Taiwan lebih tinggi dibandingkan negara lain.***

==