BeritaKabar BMI

Trauma Lama! Eks TKW Taiwan Ini Bongkar Kisah Pilu Saat di Taiwan, Sholat Dimarahi Tak Digaji Malah Dilecehkan

×

Trauma Lama! Eks TKW Taiwan Ini Bongkar Kisah Pilu Saat di Taiwan, Sholat Dimarahi Tak Digaji Malah Dilecehkan

Sebarkan artikel ini

Suarabmi.co.idMaizidah Salas bercita-cita mencari kehidupan lebih baik dengan bekerja di luar negeri, tetapi malah menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) saat berusia 18 tahun di Taiwan.

Meskipun peristiwa itu berlangsung lama, Sadas masih mengingat dengan jelas setiap detail kejadian buruk yang dialaminya sebagai tenaga kerja wanita (TKW).

Di kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Sadas menceritakan bahwa dia bisa sampai ke Taiwan melalui agensi penyalur kerja di Indonesia.

Baca juga: PMI Asal NTB Hilang Nyawa di Malaysia, Ada Dugaan Di “Door” Anggota Geng

Dia diberi pilihan untuk bekerja sebagai buruh pabrik atau pekerja rumah tangga di sana. Namun, dalam prosesnya, dia dan ratusan TKW lainnya harus menjalani pelatihan selama tiga bulan di tempat yang tidak layak.

“Di sana tidur tanpa alas, tanpa selimut, tanpa bantal selama 3 bulan. Alasannya untuk pendidikan. Tapi tidak pernah sekalipun diajarkan cara memasak makanan Taiwan,” cerita Sadas, dikutip suarabmi.co.id dari media Suara.

Saat itu, sebagai seorang remaja, Sadas tidak curiga bahwa dia sedang menjadi korban TPPO. Setelah masa pendidikan tiga bulan itu berakhir, pihak agensi meminta Sadas untuk menandatangani kontrak kerja di Taiwan.

Baca juga: PMI Taiwan asal Ponorogo Ini Tak Sadarkan Diri Tergelatak di Lantai, Beruntung Segera Dibawa ke RS

Awalnya, agensi menginformasikan bahwa dia akan bekerja sebagai pengasuh lansia. Namun, ketika dibawa ke rumah majikannya, Sadas malah tidak menemukan seorang pun yang membutuhkan pengasuhan lansia. Ternyata, Sadas dipekerjakan di sebuah restoran di Taiwan.

Di Taiwan, Sadas dipaksa untuk bekerja selama 20 jam setiap hari, mulai dari jam 4 pagi hingga pukul 1 malam.

Tugasnya meliputi menyemai sayuran secara manual dengan jumlah total 27 kilogram dan mencuci usus babi yang mencapai 7 kilogram.

Baca juga: Customer Kopi di Yunlin Berubah Nasib, Bawa Pulang Hadiah NT$10 Juta Gara-gara Struk

Selain itu, dia juga harus membantu dalam memasak dan mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya.

“Saat makan siang itu saya hanya boleh makan yang sisa makan kemarin,” ungkapnya.

Situasi semakin tidak nyaman bagi Sadas ketika majikannya mulai melarangnya untuk melaksanakan sholat.

Majikannya menganggap bahwa Sadas malas bekerja karena sering pergi ke kamar pada waktu-waktu tertentu, padahal sebenarnya Sadas pergi untuk melaksanakan salat.

Baca juga: Ih Jorok! Bersihkan Flat Lansia yang Puasa Mandi, Relawan Singapura Ini Akui Hampir Muntah

“Akhirnya ketahuan kalau saya sholat di kamar. Mereka bilang, “Tuhan kamu di Indonesia, bukan di sini. Saya membayar kamu mahal itu untuk kerja, bukan untuk salat,”gitu,” ungkap Salas dengan suara bergetar.

Selama bekerja di tempat tersebut, sang majikan sering mencari kesalahan pada Sadas. Akhirnya, hanya beberapa bulan setelah mulai bekerja, Sadas dipecat oleh majikannya atas berbagai alasan yang dibuat-buat.

Meskipun sempat mendapatkan majikan yang baik setelahnya, Sadas hanya bekerja selama tiga bulan sebelum pihak agensi memberitahunya bahwa dia harus kembali ke Indonesia.

Baca juga: WNI Ini Lahiran di Jepang, Eh Dapat Banyak Bonus Sampai Viral di TikTok

“Alasannya majikan lama tidak bisa mengambil pekerja migran asing kalau saya belum dipulangkan, karena saya terikat kontrak 3 tahun,” ungkapnya.

Ternyata, alasan yang diberikan oleh agensi hanyalah akal-akalan belaka. Di dalam perjalanan, Sadas mengalami tindak pelecehan seksual.

Dengan sekuat tenaga, Sadas berusaha melarikan diri dari mobil tersebut dan akhirnya berhasil kabur. Kejadian tragis yang terjadi antara tahun 2001-2002 itu membuat Sadas menjadi pekerja migran ilegal hingga tahun 2006.***