Menjadi pekerja migran di negeri orang masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat Indonesia untuk memperbaiki perekonomiannya.
Kebanyakan dari mereka yang memilih menjadi PMI adalah mereka yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta untuk mendapatkan modal usaha yang besar saat kembali ke kampung halamannya.
Seperti yang dilakukan Sutiah, warga Desa Suci Kecamatan Panti Jember yang sebelumnya bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong, selama 10 tahun.
Dia menceritakan, ketika masih di Hongkong, Sutiah bergabung dengan komunitas Buruh Migran Indonesia (BMI) di sana.
Dalam komunitas itu, Sutiah mendapatkan keahlian membuat kerajinan aksesoris jilbab yang indah. Aksesoris itu berupa penjepit kain jilbab berbahan monel yang dikerjakan manual dengan tangan sendiri atau handmade.
Selain kerajinan aksesoris, Sutiah membuka warung di rumahnya Dusun Gaplek Desa Suci Kecamatan Panti.
Sutiah juga bergabung dengan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) untuk memperluas jaringan serta mencari ilmu-ilmu yang baru terkait kemandirian perempuan.







