Suarabmi.co.id – Kabar duka datang dari kalangan pekerja migran Indonesia, yang menunjukkan tantangan serius yang mereka hadapi.
DPC SBMI Kabupaten Banyuwangi menerima informasi mengenai seorang pekerja migran Indonesia, Ningsih (48), warga Kabupaten Banyuwangi, yang saat ini terlantar dan menderita stroke di Kota Sandakan, Sabah, Malaysia.
“Kami mendapatkan informasi tentang seorang warga Banyuwangi bernama Ningsih, asal Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat. Kondisinya sangat memprihatinkan, dia terlantar dan mengalami sakit stroke,” ungkap Exy Yudiawan, tim Advokasi DPC SBMI Banyuwangi dikutip Suarabmi dari Viva.
Baca juga: Waspada! Koper Warna Ini Bisa Bikin Perjalananmu Berantakan!
Exy menjelaskan bahwa Ningsih tidak memiliki KTP elektronik, dan paspor serta nomor telepon keluarganya tidak dapat ditemukan.
Hal ini tentu menyulitkan upaya pencarian dan mengabari anggota keluarganya.
SBMI berencana untuk berkoordinasi dengan Disnaker Kabupaten Banyuwangi, berharap dapat membantu menyebarkan informasi pencarian kepada pemerintah kecamatan sesuai data yang dimiliki.
Baca juga: Tergiur Upah Rp40 Juta! PMI Malaysia Nekat Bawa 2 Ban Motor Isi 8 Kg Sabu
“Ningsih dalam keadaan sakit dan banyak lupa tentang informasi asal daerahnya. Dari pengakuannya, ia telah bekerja di Malaysia sejak usia 18 tahun. Dia juga pernah menikah dengan seseorang dari Lombok, namun suaminya kini tidak diketahui keberadaannya,” kata Sunarti, teman kerjanya yang merawatnya di Malaysia.
Menurut Sunarti, Ningsih bekerja di perkebunan sawit dan menyebutkan memiliki saudara bernama Suryadin, yang merupakan kakak laki-lakinya, serta orang tua bernama Nawiyah (ibu) dan Bahir (ayah).
Data dari DPC SBMI Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa hingga tahun 2024, sudah lima pekerja migran Indonesia yang ditemukan terlantar dan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan anggota keluarganya asal Kabupaten Banyuwangi.
Mereka umumnya masih menggunakan data yang belum terdaftar sebagai KTP elektronik dan diduga menjadi korban pemberangkatan melalui jalur ilegal.
Bahkan, ada kemungkinan mereka menjadi korban perdagangan manusia, yang semakin mempersulit proses pencarian anggota keluarga.
“Banyuwangi memiliki Disnaker dan Layanan Terpadu Satu Atap di Mall Pelayanan Publik untuk mendukung pekerja migran dan keluarganya. Namun, sampai saat ini, layanan tersebut belum maksimal dalam menangani pengaduan dari keluarga pekerja migran yang hilang kontak. Evaluasi perlu dilakukan agar pelayanan lebih optimal,” tutup Exy.***