Suarabmi.co.id – Di perbatasan Malaysia-Indonesia, perjuangan anak-anak TKI untuk mendapatkan pendidikan sangat mengharukan.
Belasan anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tinggal di Kampung Baru, Bergusung, Malaysia, menenteng sepatu mereka menuju Desa Sei Limau di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.
Dengan seragam sekolah yang basah oleh keringat dan embun pagi, mereka telah berangkat sejak subuh demi mendapatkan pendidikan.
Baca juga: Wow! TKI di Korea Terima Pesangon Fantastis, Uang Pensiunan Capai Ratusan Juta!
Meskipun jalanan berbatu dan sulit, kaki-kaki telanjang mereka sudah terbiasa menghadapi medan yang berat, terutama saat musim hujan.
Kapolres Nunukan, AKBP Bonifasius Rumbewas, yang baru saja kembali dari Pulau Sebatik, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak tersebut.
“Mereka sangat menghargai sepatu mereka, sehingga lebih memilih untuk menentangnya agar tidak rusak. Medan yang mereka lalui memang ekstrem,” ujarnya pada Rabu, 25 September 2024, dikutip suarabmi.co.id dari Kompas.
Baca juga: PMI Taiwan ini Enggan Pulang ke Indonesia meski Putus Kontrak Kerja karena Hamil
Anak-anak ini merupakan generasi WNI yang orang tuanya telah lama bekerja sebagai buruh perkebunan di Malaysia, bahkan ada yang sudah puluhan tahun.
Sayangnya, banyak di antara mereka yang belum memiliki akta kelahiran, sehingga tidak bisa mendaftar di sekolah Malaysia.
Oleh karena itu, mereka terpaksa menempuh perjalanan panjang ke sekolah di Indonesia, berjalan kaki sejauh 15 kilometer setiap pagi.
Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan, pihak sekolah di Pulau Sebatik memahami perjuangan mereka dan tidak mempermasalahkan keterlambatan kedatangan mereka.
Bonifasius menambahkan bahwa kondisi perbatasan menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Ia berharap pemerintah dapat memudahkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah tersebut.
Bonifasius juga mengantar langsung anak-anak SD yang pulang sekolah ke patok perbatasan RI-Malaysia.
“Saya merasakan sendiri betapa sulitnya jalan yang mereka tempuh. Dengan kondisi seperti ini, kami ingin membangun rumah belajar di dekat patok batas negara, yang akan menjadi tempat singgah bagi anak-anak TKI,” jelasnya.
Rumah belajar tersebut direncanakan memiliki perpustakaan dan ruang kamar, serta dapat menjadi destinasi wisata bagi pengunjung.
Baca juga: Joe Chen Resmi Dinikahi Kekasih yang Umurnya 9 Tahun Lebih Muda, Bukti Cinta Tak Terbatas Usia
Saat ini, banyak anak TKI yang terpaksa putus sekolah karena kondisi sulit. Dengan adanya rumah belajar, diharapkan anak-anak bisa lebih mudah mendapatkan pendidikan yang layak.
Polres Nunukan telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk merealisasikan rencana ini. Rencananya, akan ada bantuan alat transportasi untuk mengantar anak-anak menuju sekolah, meskipun mereka harus melewati patok batas negara terlebih dahulu.
“Setelah mereka melewati patok batas, kami akan menyambut dan mengantar mereka ke sekolah. Ini adalah bentuk apresiasi terhadap semangat mereka, sekaligus langkah pencegahan terhadap kemungkinan tindak kejahatan yang bisa menimpa anak-anak kita,” tambah Boni.***