Suarabmi.co.id– Supardi, seorang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sungapan, Kalurahan Sriharjo, Imogiri, Bantul, kini berhasil mengembangkan usaha keripik tempe sagu yang diberi nama Keripik Satu Fito.
Usaha ini telah berkembang pesat dan menarik perhatian pasar. Selain itu, Supardi juga memberdayakan mantan TKI lainnya untuk bergabung dan bekerja sama dalam usahanya.
Perjalanan Supardi Sebagai TKI dan Kembali ke Tanah Air
Saat ditemui di rumah produksinya pada Rabu, Supardi bercerita tentang pengalaman masa lalunya sebagai TKI.
“Saya dulu jadi TKI di Malaysia, bekerja di kilang minyak dan kilang aluminium. Setelah tiga tahun di sana, saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan merintis usaha,” ungkap Supardi, dikutip suarabmi.co.id dari laman resmi Pemkab Bantul.
Setelah pulang, Supardi mengajak teman-teman sesama mantan TKI untuk mulai membuka usaha bersama.
Tujuannya tidak hanya untuk memperbaiki perekonomian pribadi, tetapi juga memberikan peluang kerja kepada mantan TKI lainnya agar dapat membangun kehidupan yang lebih baik di kampung halaman.
Bermodal Belajar Mandiri dan Menghadapi Kegagalan
Dengan modal yang diperoleh dari hasil bekerja di Malaysia, Supardi awalnya mencoba peruntungan dengan memproduksi keripik peyek di Magelang, Jawa Tengah. Namun, usaha tersebut mengalami kerugian dan tidak berjalan sesuai harapan.
Tidak patah semangat, Supardi kemudian kembali ke Bantul dan mencari peluang usaha yang lebih menjanjikan.
Baca Juga: Mantan TKI Ilegal Ini Alami Kekerasan dan Penipuan di Malaysia, Kontrak Dirobek Gaji Cuma Rp250 Ribu
Pada tahun 2012, ia menemukan ide untuk membuat keripik tempe sagu, sebuah camilan yang menggabungkan gurihnya tempe dan kerenyahan sagu. Produk unik ini mulai menarik perhatian pasar dan berkembang menjadi bisnis yang menguntungkan.
Keripik Satu Fito: Usaha yang Sukses di Pasar
Supardi menjelaskan, “Stok dan bahan-bahan untuk pembuatan tempe sagu cukup mudah didapatkan, jadi kami memproduksi tempe sagu sendiri, kemudian diolah menjadi keripik tempe sagu.”
Kini, Keripik Satu Fito telah memiliki pelanggan setia dari berbagai daerah, termasuk Banyuwangi, Jawa Timur. Permintaan terhadap produk ini terus meningkat, terutama pada momen-momen tertentu seperti liburan Natal dan pergantian tahun.
“Dalam kondisi normal, kami memproduksi sekitar 60 kilogram keripik per hari. Namun, saat musim liburan, produksi bisa meningkat hingga 80-90 kilogram per hari,” tambah Supardi.
Baca Juga: 100 Lebih TKI Ilegal Dipulangkan dari Malaysia, Ada yang Terinfeksi HIV dan Gangguan Jiwa
Peningkatan Omzet yang Signifikan
Lonjakan permintaan ini membawa dampak positif pada omzet yang diperoleh. Dalam kondisi normal, Supardi bisa meraih pendapatan sekitar Rp1,5 juta per hari.
Namun, pada puncak musim liburan, ia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp45 juta per bulan.***