Suarabmi.co.id – BMI Country Risk & Industry Research (BMI), sebuah unit di bawah Fitch Solutions, telah merevisi perkiraan nilai tukar ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (USD) untuk akhir tahun 2025.
Nilai tukar ini diprediksi berada di level RM4,40 per USD, lebih kuat dibandingkan proyeksi sebelumnya di RM4,50 per USD.
Prospek Jangka Menengah untuk Ringgit
Menurut BMI, ringgit diperkirakan akan mengalami apresiasi bertahap dalam jangka menengah. Tren ini didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang solid dan keberlanjutan surplus neraca berjalan Malaysia.
Baca Juga: Hilang Kontak di Malaysia, Tolong yang Kenal dengan 2 PMI ini Harap Kasih Info
Namun, BMI juga memperingatkan adanya risiko terhadap penguatan ringgit.
“Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat yang lebih agresif dapat meningkatkan suku bunga AS di luar ekspektasi kami. Jika terjadi, hal ini bisa menekan ringgit lebih rendah, sekitar 50 hingga 75 basis poin di bawah proyeksi saat ini,” jelas BMI dalam riset yang dirilis 13 Januari 2025.
Analisis Teknis dan Tren Jangka Pendek
Secara teknis, ringgit telah terdepresiasi lebih dari 8% sejak mencapai garis tren resistensi di level RM4,10 per USD pada awal Oktober 2024, dikutip suarabmi.co.id dari The Sun.
BMI mencatat bahwa indikator momentum saat ini menunjukkan kondisi jenuh jual, yang mengindikasikan potensi penguatan dalam jangka pendek.
“Ringgit diproyeksikan akan diperdagangkan dalam kisaran RM4,80 hingga RM4,20 per USD pada pertengahan tahun 2025,” menurut catatan BMI.
Baca Juga: Dideportasi dari Malaysia Melalui Batam Center 129 TKI Non Prosedural Gigit Jari
Faktor Pendukung Ringgit
BMI memperkirakan perbedaan suku bunga antara Amerika Serikat dan Malaysia akan menyempit, memberikan keuntungan bagi ringgit. Pada Desember 2024, Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,50%, sejalan dengan ekspektasi BMI dan konsensus pasar.
“Siklus pelonggaran Fed diprediksi akan berlanjut, dan kami memperkirakan suku bunga dana Fed akan mencapai 4,00% pada paruh pertama tahun 2025. Di sisi lain, Bank Negara Malaysia (BNM) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakannya selama periode yang sama,” tambah BMI.
Baca Juga: PMI Berdarah Bali Ditemukan Meninggal Dunia di Kamar Hotel Malaysia, Ada Dugaan jadi Korban
Proyeksi Apresiasi Ringgit di Masa Depan
BMI memperkirakan apresiasi ringgit yang lebih lambat setelah paruh pertama tahun 2025. Nilai tukar ringgit diprediksi sedikit menguat menjadi RM4,30 per USD pada akhir tahun 2026.
Namun, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS diprediksi dapat memengaruhi suku bunga AS.
“Tim kami merevisi perkiraan suku bunga AS untuk akhir tahun 2025 dan 2026 menjadi 3,50%, naik dari proyeksi awal 3,00%. Hal ini dapat membatasi apresiasi ringgit. Namun, faktor fundamental lainnya tetap mendukung penguatan ringgit,” ungkap BMI.***