Berita

Selamat dari Pemberontakan Suriah, PMI Ini Ceritakan Detik-detik Majikannya Dikejar Pemberontak!

×

Selamat dari Pemberontakan Suriah, PMI Ini Ceritakan Detik-detik Majikannya Dikejar Pemberontak!

Sebarkan artikel ini

Suarabmi.co.id – Ita Fitriani, seorang pekerja migran asal Desa Kareke, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, NTB, akhirnya dapat kembali ke tanah air setelah menghabiskan waktu yang menegangkan di Suriah.

Bersama tujuh pekerja migran Indonesia (PMI) lainnya asal NTB, Ita tiba di Bandara Lombok pada Minggu 15 Desember 2024, setelah berhasil melarikan diri dari negara yang sedang dilanda konflik besar.

Ita menceritakan pengalamannya bekerja di Suriah di tengah kekacauan peralihan kekuasaan. Negara itu berada dalam pergolakan antara pemerintahan Bashar Al-Assad dan kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Abu Mohammed Al Julani.

Baca juga: Pemakaman Pekerja Migran Asal Brebes yang Tenggelam di Korea Selatan Diwarnai Isak Tangis

Ita yang sebelumnya bekerja untuk Suheyl Al Hasan, seorang jenderal militer di bawah Assad, mengungkapkan situasi yang sangat mencekam.

“Saya dapat kabar kalau beliau (Suheyl Al Hasan) gugur tapi saya masih belum percaya. Saya waktu keluar dari rumahnya saat itu beliau dalam posisi benar-benar dikejar oleh pemberontak. Saya minta sama beliau untuk membiarkan saya pergi,” ujar Ita, dikutip Suarabmi dari Tribunnews.

Ita mengatakan bahwa dia sudah mendengar peringatan dari KBRI Damaskus yang mengingatkan agar segera meninggalkan Suriah karena situasi semakin memburuk.

Beruntung, meskipun dalam situasi yang sangat berbahaya, Suheyl Al Hasan memberi izin kepada Ita untuk pergi.

Baca juga: Kabur dari Majikan di Taiwan? Inilah Risiko Berat yang Harus Ditanggung PMI!

“Saya akhirnya diantar sama supir. Susah sebenarnya lewat jalan karena banyaknya kericuhan. Saya dari Jableh ke KBRI Damaskus Suriah selama lima jam. Saya kemudian menyelamatkan diri ke Beirut Lebanon baru ke Qatar dan akhirnya ke Jakarta,” jelasnya tentang perjalanan panjangnya menuju keselamatan.

Meskipun tempat kerja Ita tidak berada di pusat konflik, namun ketegangan sangat terasa. Letusan bom dan suara tembakan hampir selalu mengiringi setiap langkah mereka.

“Suasana begitu terasa mencekam karena majikannya mayor jenderal Suheyl Al Hasan juga melempar ke arah pemberontak untuk melindungi presiden. Hal tersebut membuatnya semakin trauma,” kata Ita, yang masih merasa cemas setiap kali mendengar suara-suara keras di sekitar tempatnya bekerja.

Ita dan teman-temannya sering kali merasa ketakutan setiap kali keluar rumah, khawatir akan bahaya yang mengintai.

Baca juga: Diiming-iming Kerja ke Arab Saudi, Ternyata Zonk! Wanita Sigi Terkatung-katung Nasibnya di Jakarta

“Kita mau keluar takut ada bom atau peluru nyasar atau bagaimana. Tapi Alhamdulillah akhirnya bisa keluar,” tambahnya penuh rasa syukur.

Ita juga menceritakan bagaimana ia terjebak dalam penempatan yang tidak sesuai dengan rencana. “Saya bisa ditempatkan di Suriah karena salah dilempar oleh agensi, padahal Suriah bukan negara penempatan yang dibolehkan pemerintah Indonesia,” ujar Ita.

Ia awalnya dijanjikan akan bekerja di Dubai atau Turki, namun setelah dua bulan di Dubai, ia justru dikirim ke Suriah, negara yang tengah dilanda perang. Meskipun begitu, Ita merasa bersyukur karena gajinya tetap lancar.

“Saya awalnya masuk tahun 2020 di Dubai hanya sebentar di sana kemudian dilempar ke Suriah. Sudah 5 tahun di sana (Suriah). Soal gaji kami ada yang lancar ada yang nggak, bahkan nggak digaji sama sekali, kalau saya Alhamdulillah lancar,” cerita Ita dengan nada haru.***

==

Heeee... bukan di copy caranya, di share...

SUWUN