Suarabmi.co.id – Setidaknya ada 11 PMI atau Pekerja Migran Indonesia asal Tulungagung dan Trenggalek yang mendapatkan nasib kurang mujur. Mereka yang memilih Timor Leste sebagai negara tujuan mencari nafkah harus dipulangkan tanpa upah.
Awalnya, 11 PMI tersebut sempat terlantar di NTT, beruntung sempat ditampung oleh komunitas warga Jawa di NTT. Dari 11 PMI, 10 orang merupakan warga Tulungagung, sedangkan satu sisanya warga Trenggalek.
Sekretaris Daerah (Sekda) Tulungagung Tri Hariadi mengatakan kejadian itu bermula saat 11 PMI itu masuk ke Timor Leste untuk bekerja di konstruksi bangunan di Kota Dili.
Baca juga: Jepang Meradang Gara-gara Kelakukan Lelaki Tionghoa ini Diluar Nalar
Saat itu mereka masuk ke Timor Leste dengan menggunakan dokumen imigrasi resmi. Menurut Sekda, meski masuk dokumen resmi imigrasi, visa yang digunakan para PMI itu diduga merupakan visa kunjungan.
“Informasinya, mereka menggunakan visa kunjungan, tetapi mereka di sana bekerja. Kemudian (setelah dua minggu) dideportasi lah mereka,” kata Tri Hariadi, pada Rabu, 17 Juli 2024.
Dikutip suarabmi.co.id dari Detik, para pekerja migran itu dikeluarkan dari Timor Leste lewat pos lintas batas di Atambua, Belu, NTT.
Saat di perbatasan, 11 PMI tersebut sempat telantar karena tak punya uang untuk pulang ke Jawa. Mengetahui hal tersebut, komunitas Jawa yang berada di NTT langsung bertindak dan menampung 11 orang tersebut. Selama di sana para pekerja itu juga sempat ditemui Dandim 1604/Kupang.
Baca juga: Kasih Tahu Keluarga, Jangan Mudah Percaya Iming-iming jadi TKI yang Infonya via WA
“Saya dihubungi Pak Heri (ketua komunitas warga Jawa), katanya ada yang terlantar. Setelah saya cek ternyata betul, mereka dideportasi dari Timor Leste. Kami koordinasi dengan Kadinsos akhirnya mereka kami fasilitasi untuk pemulangan ke Tulungagung,” ujarnya.
Seluruh PMI itu diberangkatkan ke Tulungagung menggunakan kapal laut. Nanti mereka akan dijemput perwakilan Pemkab Tulungagung di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
“Mereka diberangkatkan tanggal 15 Juli, kemungkinan perjalan 2 hari. Nanti akan kami ajak singgah di pendapa, kami ingin tahu cerita aslinya seperti apa. Jangan sampai kejadian ini terulang kembali,” jelasnya.***