Suarabmi.co.id – Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jawa Timur, Musripah (42), yang sempat koma di Singapura, akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada Senin, 2 Desember 2024.
Proses pemulangan dan perawatan Musripah difasilitasi oleh Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Kepulauan Riau, yang memastikan bahwa PMI tersebut tiba dengan selamat di Pelabuhan Batam Centre, menggunakan kapal MV Waterfront 1.
Kepala BP3MI Kepri, Imam Riyadi, menyatakan bahwa pihaknya menerima laporan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Singapura tentang kondisi Musripah yang sedang koma.
Baca juga: WNI Jadi Teror di Jepang, PMI Takut Pulang Malam Gara-gara Ulahnya Ini!
“Kami diberi tahu oleh KJRI Singapura tentang kondisi PMI yang sedang dalam keadaan kritis, dan segera mengambil langkah untuk memfasilitasi pemulangannya,” ujar Imam di Pelabuhan Batam Centre, menurut laporan VOI yang dikutip suarabmi.co.id.
Musripah, yang tiba di Batam sekitar pukul 12.40 WIB, langsung dilarikan ke Rumah Sakit Awal Bros Batam dengan ambulans. BP3MI Kepri memberikan perawatan sementara sebelum keluarga Musripah datang untuk menjemputnya.
“Kami menyediakan perawatan medis di rumah sakit hingga keluarganya tiba untuk membawanya pulang,” kata Imam.
Meskipun Musripah tidak tercatat dalam sistem SISKOP2MI, yang biasanya mencatat pekerja migran yang legal, BP3MI tetap memberikan pelayanan penuh, mulai dari penjemputan di pelabuhan hingga pemulangan.
“Walaupun tidak terdaftar dalam sistem kami, kami tetap memberikan bantuan dalam pemulangan dan perawatan,” ujar Imam.
Imam menjelaskan bahwa alasan Musripah tidak dipulangkan langsung ke daerah asalnya di Jawa Timur adalah karena pihak Singapura belum memberikan keterangan resmi yang dapat digunakan untuk melengkapi dokumen medisnya.
Baca juga: PMI Terpisah 37 Tahun, Akhirnya Kembali ke Pelukan Keluarga dalam Kondisi Stroke
“Kami membawa Musripah ke Batam karena tidak ada keterangan resmi dari pihak Singapura yang menyertai perjalanan tersebut,” tambahnya.
Saat tiba di pelabuhan, kondisi Musripah sangat memprihatinkan. Ia terbaring tak dapat menggerakkan tubuhnya, meskipun masih dapat berkedip.
Kaki kiri Musripah terpasang alat medis. Gelang pasien yang dikenakan pada tangan kanan Musripah menunjukkan bahwa ia pertama kali dirawat di rumah sakit Singapura sejak 3 November 2024.
Baca juga: Aksi Nekat Pria Merokok di MRT Kaohsiung Gegerkan Penumpang, Denda Mengintai!
Kondisi Musripah diketahui pertama kali pada 17 November 2024, setelah keluarga melaporkan kepada hotline KBRI Singapura. Musripah baru bekerja dengan majikan warga negara Singapura selama enam bulan dan direkrut melalui agen yang ternyata bukan agen resmi.
KBRI Singapura telah mengunjungi Musripah di rumah sakit, yang pada awalnya menggunakan alat bantu pernapasan, dan pada 24 November, kondisinya stabil meskipun tidak dapat merespon.
Pada 25 November, Musripah dipindahkan ke kamar rawat biasa setelah beberapa waktu berada di ruang ICU.
Baca juga: PMI di Taiwan Wajib Tahu! Begini Cara Ampuh Mengatasi Gatal Musim Dingin
Biaya perawatan Musripah selama di Singapura mencapai 100 ribu dolar Singapura, melebihi batas asuransi yang hanya sebesar 60 ribu dolar Singapura.
Sisanya menjadi tanggung jawab majikan. Musripah didiagnosis mengalami vasospasme dan edema paru akut, yang kemungkinan besar disebabkan oleh kardiomiopati takotsubo, penyakit jantung yang sering terjadi setelah stres berat.
KBRI Singapura telah menghubungi keluarga Musripah untuk meminta informasi tentang asuransi kesehatan yang dimiliki agar dapat melanjutkan perawatan di Indonesia.***