Kabar Indo

Orang Tua Cerai dan Diasuh Nenek, Anak TKI ini Meninggal Tragis Usai Dilempar Kayu Berpaku di Asrama Pondok

×

Orang Tua Cerai dan Diasuh Nenek, Anak TKI ini Meninggal Tragis Usai Dilempar Kayu Berpaku di Asrama Pondok

Sebarkan artikel ini

Suarabmi.co.id – KAF berusia 14 tahun adalah seorang santri yang tinggal bersama neneknya, sedangkan orang tuanya bekerja sebagai TKI di luar negeri.

Diketahui orang tuanya sudah bercerai dan keduanya menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Sang ibu kerja di Taiwan, sedangkan ayah KAF jadi TKI Malaysia.

Tragisnya, KAF meninggal dunia di RSKK pada Selasa 17 September 2024 setelah dua hari dirawat karena paku menancap di kepalanya sedalam 2 cm.

Baca juga: Pengakuan PMI Sri Erni ke Keluarga sebelum Meninggal, Sering Dianiaya Majikan dan Diberi Jatah Makan Sedikit

Peristiwa nahas ini terjadi pada Minggu 15 September 2024 sekitar pukul 06.00 WIB, saat KAF dan santri lainnya berolahraga setelah salat subuh.

Menurut paman korban, Iqwal Rikky Susanto, pihak pondok menghubungi nenek KAF sekitar pukul 07.00 WIB untuk memberi kabar bahwa korban telah dibawa ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar.

Iqwal, yang menyusul ke rumah sakit, menemukan keponakannya itu sudah dalam kondisi kritis.

Baca juga: TKW di Suriah ini Dinyatakan Meninggal Pasca Jatuh dan Pendarahan Otak, Keluarga Tak Yakin

“Dia dirawat di IGD, sempat stabil, tapi kemudian kondisinya naik turun,” jelas Iqwal, dikutip suarabmi.co.id dari tribunnews.com.

RSUD Srengat merujuk KAF ke RSKK karena kondisinya yang kritis, tetapi sebelum operasi dapat dilakukan, KAF meninggal dunia.

Dari keterangan pihak kepolisian, insiden itu bermula ketika salah satu ustaz mengingatkan para santri untuk segera mandi.

Baca juga: Ketakutan Dikejar-kejar, Pekerja Migran Ilegal Lompat Pagar dan Tinggalkan Motor di Jalan Tol

Karena tidak segera meninggalkan permainan, ustaz tersebut melempar kayu berpaku yang mengenai kepala KAF. Setelah insiden, KAF langsung tidak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit.

Polisi telah melakukan penyelidikan, termasuk memeriksa pihak RSUD dan pengurus pondok. Keluarga korban, yang beranggotakan neneknya Suparti, merasa berat melepas kepergian KAF.

Meski banyak saran untuk menuntut pelaku, Suparti memilih untuk menerima kejadian tersebut sebagai takdir.***