Suarabmi.co.id – Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jawa Timur, yang dikenal dengan nama samaran Lia atau Bunga, tiba di Taiwan pada Oktober 2023 dan mulai bekerja di Taichung.
Selama 11 bulan, ia tidak diperbolehkan keluar rumah, menggunakan ponsel, atau mengirim uang ke Indonesia sendiri; semua harus diatur oleh majikannya.
Sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT), Lia menjalani tugasnya sesuai kontrak, namun perlakuan majikan yang tidak manusiawi membuatnya merasa tertekan.
Baca juga: Innalillahi, Seorang Pekerja Migran Indonesia Meninggal Dunia di Proyek Jembatan Pingtung
Ia mengaku menjalani rutinitas memasak, membersihkan, dan menjaga tiga anak, tanpa bisa tinggal di alamat yang terdaftar di ARC.
“Sejak bulan pertama, saya dilarang membawa ponsel. Majikan mengambil salah satu ponsel saya dan membatasi pengisian daya. Saya hanya diizinkan mengisi baterai hingga 30% dalam satu jam,” ungkapnya, seperti yang dikutip suarabmi.co.id dari CNA.
Lia menceritakan bagaimana beban mentalnya semakin meningkat, terutama setelah ia diminta mengangkat barang berat tanpa henti pada saat Tahun Baru Imlek.
Baca juga: Kabar Duka: PMI Asal Sooko Meninggal di Hong Kong, Jenazah Dimakamkan di Kampung Halaman
Setelah menghubungi lembaga pengaduan, Lia mengalami perlakuan yang semakin buruk dari majikannya, yang memberinya pekerjaan yang tidak masuk akal.
Setelah agensi mengintervensi, Lia semakin dianiaya. Ia merasa terjebak dan tidak pernah melihat dunia luar, karena majikannya selalu mengunci rumah saat keluar.
“Pernah ada tamu datang, dan saya hanya sekilas berpapasan dengan mereka. Majikan mengetahui dan langsung memarahi saya. Intinya, saya dilarang berkomunikasi dengan siapa pun,” jelasnya.
Lia juga mengungkapkan bahwa ia harus membersihkan dua rumah dan memasak untuk lima orang dewasa serta tiga anak.
Setiap hari, ia bekerja dari pukul 6 pagi hingga 11 malam tanpa mendapatkan waktu istirahat atau hari libur.
Isak tangis Lia pecah saat ia bercerita tentang uang yang seharusnya dikirimkan untuk biaya pengobatan kakeknya, yang akhirnya meninggal tanpa mendapatkan perawatan.
Baca juga: Yang di Singapore Lagi Berbunga-bunga Guys, Naik Gaji Lagi!
Hingga saat ini, uang kiriman yang dijanjikan majikannya belum diterima.
Selama bekerja, Lia tidak pernah melihat uangnya secara langsung. Gaji dan lembur semuanya dipegang oleh majikan, dan ia hanya bisa melihat catatan di buku tabungannya tanpa bisa memverifikasinya.
Akhirnya, Lia menghubungi Gabungan Tenaga Kerja Bersolidaritas (GANAS) untuk meminta bantuan.
Setelah memberikan bukti, tim GANAS berencana menjemputnya. Namun, saat majikan curiga, Lia harus bersembunyi.
Baca juga: Minta Jemput Polisi untuk Sekolah Lagi, Anak dari TKW Ini Ternyata Putus Sekolah Pasca Ayah Meninggal dan Diusir Ibu Tiri
Ketika polisi tiba untuk menjemputnya, Lia berhasil melarikan diri dengan cepat, setelah sebelumnya mendapatkan instruksi dari kru GANAS untuk membawa ponselnya.
Majikan mencoba menutup pintu, tetapi polisi akhirnya dapat masuk untuk membawanya ke tempat aman.
Kini, Lia berada di shelter Taiwan International Workers Association (TIWA), dan kasusnya masih dalam penyelidikan kepolisian.***